Tinggal menghitung hari hingga akhirnya tahun 2017 berakhir. Adakah yang udah mulai siap-siap membuat daftar resolusi 2018 (meskipun resolusi 2017 juga masih belum tercapai? XD). Nah, kami mau ngasih ide nih buat yang membuat resolusi khusus travel. Gimana kalau di tahun 2018 nanti bikin trip menyebrang Korea ke Jepang naik ferry?

Memang kalau dilihat dari segi harga akan lebih murah naik pesawat budget airline, tapi kan yang namanya resolusi harus ada sisi adventurous-nya dong. Iya gak? Udah iya aja biar cepet *maksa*.  Saya sendiri sejak tulisan Bambino pulang kampung, jadi pengen banget nyobain naik ferry dari Busan ke Hakata.

Untuk membeli tiket, saya putuskan membeli secara online dari situs aferry  dibandingkan dari situs JR Beetle atau Kobee langsung dengan alasan: 1) situsnya dalam bahasa Inggris, 2) legenda mengatakan harganya lebih murah kalau booking di aferry, 3) kalau mau mengubah/membatalkan tiket sepertinya lebih gampang karena layanan pasti dalam bahasa Inggris. Saya pilih yang JR Beetle dengan durasi perjalanan 3 jam dibandingkan Kobee yang perlu waktu semalam (disediakan tempat buat tidur) setelah mempertimbangkan harga dan waktu. Harga tiket yang saya bayar sebesar 56 Euro (atau sekitar Rp 865.000). Oh iya, harga yang tercantum di aferry masih belum termasuk pajak pelabuhan dan fuel surcharge, nanti tambahan ini dibayarkan pada saat kita check in di Busan Port International Passenger Terminal.

Loket untuk check in  buka 2 jam sebelum waktu keberangkatan. Saya datang ke sana lebih cepat dari jam buka loket sehingga bisa lihat-lihat dulu ada apa saja di Terminal ini. Well….. sebenarnya ga banyak yang bisa dilihat, suasananya mirip seperti airport kecil. Ada tempat makan, toko yang menjual souvenir, dan minimarket.

Akhirnya loket check in  dibuka, kita bisa memilih mau duduk di mana. Kalau ada pertanyaan kayak gini, ada baiknya kita tanya balik rekomendasinya mending duduk di mana. Saya diberikan seat yang di sebelah kanan dengan alasan supaya bisa melihat pulau apa saya lupa namanya. Setelah membayar pajak sebesar 10.300 won (hanya menerima uang tunai), saya pun mendapatkan boarding pass. Sama halnya seperti loket check in, gerbang imigrasi pun baru buka 1 jam sebelum keberangkatan saja. Walhasil saya harus nunggu lagi. Untung ada wifi gratis yang disediakan di Terminal.

Ada yang menarik dari proses imigrasi di Terminal ini, karena paspor (dan visa) kita cuma dicek dan tidak dikasih stempel keluar. Bagi yang mau mengurus tax refund, ada loketnya setelah melewati proses imigrasi.

Toko duty free tersedia di area gate, tapi sayangnya tidak ada restoran di dalam. Jadi kalau yang belum makan siang, pastikan untuk makan dulu sebelum masuk ke pengecekan imigrasi ya. Sekitar 15 menit sebelum waktu keberangkatan, akhirnya kami dipersilahkan boarding. Setelah semua penumpang naik, akan diputarkan video petunjuk keselamatan.

Sepanjang perjalanan, saya menonton movie One Piece entah yang mana. Suaranya shi di-mute, tapi disediakan subtitles (bahasa Jepang). Durasi filmnya pas sampai ga kerasa udah hampir sampai di Fukuoka aja.

Jujur saya agak deg-deg-an di proses imigrasi Jepang. Kekhawatiran saya ini ga beralasan karena ternyata prosesnya ga ribet (cuma ditanya pertanyaan standar seperti nginep di mana, berapa lama, ngapain ke Jepang) dan di custom pun saya ga kena random check.

Bagaimana? Jadi tertarik untuk memasukkan ide trip ini ke resolusi 2018? 😀